PIPER DAN PRIMOR SI KATAK KEMBAR

Karya : Yanaria Manao
Di suatu desa, ada dua ekor katak kembar yang memiliki warna kulit yang cantik. Walaupun mereka kembar, tetapi mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Piper adalah katak yang ramah kepada siapapun, tidak sombong, dan suka membantu orang lain, sedangkan Primor adalah katak yang sombong dan suka mengejek orang lain.
Pada suatu hari, Piper berjalan-jalan ke sebuah danau bersama teman-temannya. Mereka bercanda ria bersama hinggga mereka pun tidak menyadari bahwa Primor melihat mereka dengan rasa iri. Primor pun melompat turun dan menemui mereka dengan maksud mengejek mereka,
“Hei kalian, aku cantik bukan? Lihatlah warna kulitku yang biru mengkilap ini, sungguh indah bukan? Sedangkan kalian warna hijau tua, tidak ada keindahan sedikit pun. Pasti kalian iri melihatku, hahahaha.“ Kata Primor kepada mereka sambil tertawa kemudian pergi meninggalkan mereka. Piper dan teman- temannya merasa sedih mendengar perkataan Primor.
Primor sangat membenci Piper, karena itu ia membuat rumah sendiri agar ia bisa terhindar dari Piper. Primor membuat rumahnya dari kayu. Karena keasyikan bekerja, Primor merasa kecapean dan ia meninggalkan pekerjaannya kemudian berjalan-jalan untuk istrahat. Ketika ditengah jalan ia bertemu dengan seekor Katak Tua yang terjatuh. Katak Tua tersebut meminta tolong kepada Primor tetapi Primor menjawabnya dengan kasar.
“Apa? Menolongmu? Aku tidak mau, kan kamu punya kaki dan tangan. Nanti tanganku kotor jika memegangmu”. Primor pun meninggalkan katak tua itu yang sedang marah dan sakit hati
Tiba-tiba Primor bertemu dengan Romu si katak jelek.
“Hai Primor, bagaimana kabarmu hari ini?” Ramu menyapa Primor.
“Apa-apaan kamu, jangan sok dekat deh, kita kan bukan teman dan juga aku tidak sudi berteman denganmu. Melihat wajah jelekmu saja, aku tidak suka, huhhhh!” balas Primor dengan meledek.
Setelah mendengar itu Romu langsung pergi dan menangis, begitupun Primor pergi tanpa merasa bersalah. Setelah melanjutkan perjalanannya, tiba-tiba seekor katak kecil datang dan menyapanya.
“Hai kak Primor, warna kulit kakak cantik banget,” puji Katak Kecil itu.
“Ya iyalah, aku sudah dilahirkan dengan kulit yang indah. Tidak seperti kamu yang warna kulitnya sama saja dengan lainnya, warna hijau tua dan tidak menarik sedikitpun, Jelek.” Jawab Primor dengan nada mengejek.
“Kakak tidak boleh seperti it,” balas Katak Kecil. “Walaupun kulit kakak cantik, kakak tidak boleh sombong. Nanti kakak kena karma,” lanjutnya.
“Terserah aku dong, lagian kamu hanya Katak Kecil yang tidak tau apa-apa,” ledek Primor sambil berlalu meninggalkannya.
Saat hendak melanjutkan perjalanannya, tiba-tiba langit menjadi mendung dan Primor bergegas kembali kerumah. Dalam perjalanan kembali, petir datang dan menyambar rumah baru Primor. Sesampainya depan rumah, ternyata api sudah menyambar sekeliling rumahnya. Primor pun panik dan berlari meminta tolong kepada warga desa sambil menangis.
Ia mendatangi katak tua dan berkata “Tolonglah aku, rumahku telah hangus terbakar.”
Katak Tua itu pun menjawab “Maaf, tetapi aku tidak bisa membantumu karena kakiku sakit.”
Primor pun pergi kerumah Romu dan berkata “Romu, tolonglah aku sekali saja, rumahku sudah terbakar.”
Romu pun menjawab “Aku tidak bisa membantumu, karena kamu bukan temanku.”
Primor kembali pergi ke rumah Katak Kecil dan meminta tolong, tetapi katak kecil menjawab “Aku tidak bisa membantu kakak karena aku sedang sibuk.”
Dengan lunglai, Primor pun kembali kerumahnya sambil menangis meratapi rumahnya yang sudah hangus terbakar. Ia kembali kerumah dan menemui Piper. Piper pun langsung memeluk Primor.
“Saudaraku, apa yang terjadi padamu?” tanya Piper panik melihat Primor menangis.
“Rumahku sudah habis terbakar oleh api Piper.” Jawab Primor tersedu-sedu.
“Ha?! Nah, ini adalah karma untukmu karena terlalu sombong,” balas Piper menimpali. “Karena itu, janganlah kamu mengulanginya lagi, itu sangat tidak baik. Kamu membuat orang lain sedih. Sudahlah, besok aku akan menemanimu meminta maaf kepada orang-orang yang sudah kamu buat sedih dan untuk rumah, kita buat ulang bersama.”
“Terima kasih dan aku minta maaf ya Piper,” kata Primor penuh penyesalan. Kemudian mereka pun berpelukan. Keesokan harinya, Primor dan Piper datang kerumah orang-orang yang sakit hati pada Primor lalu meminta maaf, dan mereka pun memaafkannya. Kini Primor sudah benar- benar berubah dan warga desa kembali menerimanya dengan senang hati.
MENJADI DIRI SENDIRI
Karya: Kezya Marlisda Ley

Arin, kucing hitam berbulu tipis memiliki satu teman sedari kecil bernama Zera. Zera merupakan kucing putih bermata biru serta berbulu lebat yg menjadi ciri khasnya. Arin yang iri hati pada Zera pun mulai mengikuti segala hal yang ada pada Zera. Meskipin sudah mengikuti segala hal yang ada pada Zera, Arin tetap tidak bisa mengikuti karakter si kucing putih itu yang sangat lemah lembut dan baik hati pada semua temannya. Arin menatap dirinya di cermin yang menunjukan dirinya yang akan pergi dengan Zera ke pesta kucing lain yang tentu saja memakai gaun warna merah yg sama.
“Woahhh, liatlah ini kalian terlihat seperti kembar tidak identik Zera, Arin.” Ucap Desta, si kucing berbulu coklat yang menjadi teman Arin dan Zera. Zera pun membalas perkataan Desta dengan senang
“Terimakasih Desta atas pujian nya, memang aku dan Arin tidak sengaja memakai aksesoris dan gaun yang sama lagi.” Arin hanya membalas dengan senyuman perkataan Zera dan Desta.
Setelah kejadian itu pesta pun kembali berlanjut. Saat Arin berpapasan dengan Desta lagi, tiba tiba Desta bermaksud mengajaknya ke balkon yg sangat jarang di lewati para kucing lain dan tentu saja hal itu membuatnya terkejut. Setelah hening beberapa saat Desta pun memulai pembicaraan.
“Arin, aku sudah mengetahui segalanya. Sudahilah semuanya ini dan jadilah dirimu sndiri, Arin.” Kata Desta menatap lurus ke arah Arin.
Arin merasa terkejut dan menatap Desta tajam, lalu berkata “Apa yang kamu maksud Desta? Aku tentu saja sudah menjadi diriku sendiri dari dulu,” ucap nya selembut mungkin kepada Desta.
“Arin aku tau selama ini kau selalu beRusaha mengikuti apa yang ada pada Zera, baik secara fisik maupun sikap, jadi tolong hentikanlah itu semuanya Arin.” Desta menjeda perkataannya. lLlu kembali berucap “Aku lebih suka teman kami dulu, Arin si kucing hitam yang selalu ingin melindungi temannya dan juga tidak berpura pura menjadi orang lain melainkan menjadi diri sendiri”
Setelah Desta berkata demikian hati Arin tersentak lalu berkata dengan suara yang bergetar “ M-maafkan aku, aku takmau terus dibandingkan dengan kau dan Zera tapi akhirnya aku sadar setelah kau mengatakan bahwa aku akan lebih baik jika aku menjadi diriku sendiri. Terima kasih Desta telah menghargai dan mengingatkan aku!” jelas Arin kepada Desta. ” Jadilah dirimu sendiri tanpa peduli mereka yang terus menghinamu maka kau akan menjadi sesuatu yang hebat,” ucap Desta sembari tersenyum. Setelah pesta itu berakhir Arin bener bener kembali menjadi dirinya sendiri dan hal itu tentu saja membuat teman-teman yang lain bahagia.
SEMUT YANG RAKUS
Karya: Nadin Gracella Harefa

Di suatu desa, hiduplah seekor Semut yang dikenal dengan kerakusannya. Ia sangat pelit, tak pernah memikirkan perasaan teman-temannya dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Tak terasa musim kemarau akan tiba, semut belum menyediakan persediaan makanannya pada saat musim kemarau nanti. Setiap hari ia selalu makan, makan dan makan. Pada suatu hari, dua orang sahabat yaitu Kura-Kura dan Kancil sedang kelaparan, mereka terus mencari makanan ke beberapa tempat, akan tetapi tak satu pun makanan mereka temukan.
Ketika hendak mencari makanan, mereka melihat Semut yang sedang bersantai dibawah pohon mangga dengan berbagai makanan yang ada di sebelahnya. Melihat itu, Kura- Kura dan Kancil pun menghampiri Semut.
“Hai, Semut,” sapa Kura-Kura dan Kancil.
“Oh hai, ada apa?” Jawab semut.
“Semut, aku dan Kancil sangat kelaparan namun kami tidak memiliki makanan. Apakah kau mau berbagi makanan dengan kami?” Tanya Kura-Kura.
“Berbagi makanan dengan kalian? Tentu saja aku tidak mau, lebih baik aku menghabiskan makananku sendiri daripada harus berbagi dengan orang-orang kelaparan seperti kalian,” Ucap Semut sambil tertawa.
Perkataan Semut sangat menusuk hati Kura-Kura dan Kancil, namun walaupun begitu mereka tidak patah semangat. Mereka pun pergi meninggalkan Semut dan kembali mencari makanan lagi.
Di tengah perjalanan, Kancil dan kura-kura pun bertemu lagi dengan Semut “Hei, mengapa kalian begitu semangat mencari makanan?” Ucap sang Semut.
“Kami sangat lapar namun kami tidak memiliki makanan, dan juga sebentar lagi musim kemarau akan tiba kami ingin mengumpulkan berbagai makanan untuk persediaan musim kemarau nanti,” jawab Kura-Kura.
“Usaha kalian akan sia-sia, mari menghabiskan waktu dengan makan sepertiku. Ups, aku lupa kalian kan tidak punya makanan,” kata Semut.
“Semut, kesombongan akan membuatmu rugi dan menyesal di kemudian hari, ingatlah bahwa suatu saat kita juga akan membutuhkan bantuan orang lain,” kata Kura-Kura.
Semut pun meninggalkan kedua sahabat itu dan meneruskan perjalanannya. Tak peduli akan musim kemarau, ia terus melanjutkan memakan makanannya dengan kerakusannya. Kancil dan Kura-Kura pun melanjutkan perjalanan mereka. Di tengah perjalanan mereka melihat banyak sekali karung di bawah pohon mangga, mereka pun bergegas mengambil karung itu dan membukanya. Setelah membuka banyaknya karung, ternyata isi dari karung-karung tersebut adalah makanan yang sangat banyak. Kancil dan Kura-Kura pun sangat senang dan langsung melahap sebagian makanan yang ada di dalam beberapa karung tersebut. Sisa makanan yang ada pada beberapa karung lainnya pun mereka bawa ke rumah Kancil dan menyimpannya untuk persediaan makanan pada saat musim kemarau yang akan datang.
Musim kemarau telah tiba, Semut pun kelaparan dan tak ada satu pun persediaan makanan di rumahnya. Ia pergi mencari makanan mengelilingi desa. Akan tetapi, ia kesulitan mencarinya karena tidak ada makanan lagi yang tersisa disana. Ia menyesal karena terlalu asyik menghabiskan makanannya dan tidak mempersiapkan persediaan makanan.
“Huh… Aku lapar sekali,” Keluh Semut.
Tiba-tiba ia melihat Kura-Kura dan Kancil yang sedang menikmati berbagai makanan seperti buah-buahan dan makanan lainnya yang mereka miliki. Karena kelaparan, Semut berniat untuk menghampiri kedua sahabat itu untuk meminta makanan.
“Hai Kancil, hai Kura-Kura,” sapa Semut.
“Oh, hai Semut,” jawab Kancil dan Kura-Kura bersamaan.
“Kancil, Kura-Kura, apakah aku boleh meminta sedikit makanan kalian? Aku sangat lapar,” tanya Semut.
“Tentu saja, Semut. Sepertinya kami juga tidak dapat menghabiskan makanan ini berdua,” ucap Kancil. Lalu mereka makan bersama, Semut pun merasa kenyang. Semut menyesali perbuatannya dan meminta maaf kepada Kancil dan Kura-Kura. Ia berjanji tidak akan menjadi Semut yang rakus lagi, Kancil dan Kura-Kura pun memaafkan Semut dan hidup berdampingan dengan bahagia.
KANCIL YANG BAIK HATI
Oleh : Azriel Christofel Hagai Ndruru
Pada suatu hari, seekor Kancil sedang berjalan jalan di sekitaran hutan. Kancil sedang menikmati suasana pagi hari yang cerah. Tak lama kemudian, Kancil melihat seekor burung Merpati yang terjebak oleh jebakan Ular. Kancil pun menghampiri burung Merpati tersebut.
“Hei burung Merpati, kenapa kau bisa terjebak di sini?” kata Kancil kepada burung.
“Aku telah di jebak oleh Ular. Saat itu, aku melihat ada rempah-rempah makanan yang terletak di atas dedaunan yang banyak. Saat aku datang dan mau memakannya, tiba-tiba aku jatuh dan terperangkap di lubang yang dalam ini.” jawab si burung Merpati. Kancil pun segera menolong burung Merpati tersebut.
“Terima kasih Kancil karena telah menolong aku dari jebakan Ular ini.” katanya kepada Kancil.
“Ini adalah tugasku untuk membantu teman-temanku.” sahut Kancil.
Lalu Kancil pergi ke arah yang berlawanan dengan si burung Merpati. Kancil pun berjalan-jalan di sekitaran hutan tersebut. Saat Kancil sedang berjalan-jalan, ia mendengar jeritan yang sedang meminta pertolongan.
“Tolong, tolong, tolong bantu aku.”
Suara itu berasal dari arah sungai, Kancil heran siapakah yang meminta pertolongan tersebut. Kancil pun segera pergi ke sana.
“Ohh, ternyata kau Rusa, aku pikir tadi siapa.” katanya kepada si Rusa.
“Tolong, tolong aku Kancil, aku mau tenggelam.” sahut Rusa.
Kancil pun segera menolong Rusa, tetapi ia kebingungan bagaimana caranya untuk menolong si Rusa. Lalu datanglah Kerbau karena ia juga mendengar suara minta tolong.
“Hei Kancil, aku mendengar suara minta tolong dari arah sini, apakah kau juga mendengarnya?” tanya Kerbau pada si Kancil.
“Itu adalah suara Rusa yang sedang tenggelam, lihatlah disana.” sahut Kancil.
“Tolong, tolong, tolong aku Kancil, Kerbau!” seru Rusa.
Kancil dan Kerbau pun mencari cara untuk menolong Rusa tersebut. Tetapi mereka masih belum menemukan cara untuk menolong Rusa. Lalu Kerbau melihat ada sebuah tali yang cukup panjang untuk menolong Rusa.
“Hei Kancil lihatlah, disini ada tali yang panjang. Ini bisa kita pergunakan untuk menolong Rusa. “ kata Kerbau pada Kancil sambil gembira.
“Kau benar. Ini bisa kita pergunakan untuk menolong Rusa.” sahut Kancil.
Lalu mereka melemparkan tali tersebut kepada Rusa.
“Tangkaplah Rusa.” kata Kancil sambil teriak. Rusa pun menangkapnya dan mereka menarik tali tersebut dan selamatlah Rusa.
“Terima kasih Kancil, Kerbau, karena telah menyelamatkan hidupku. Jika tidak ada kalian mungkin hidupku hanya sampai di sini.” kata Rusa kepada Kancil dan Kerbau sambil terharu.
“Sesama makhluk hidup kan memang seharusnya saling tolong menolong.” sahut Kancil dan Kerbau secara bersamaan. Mereka pun pergi dari tempat itu dan berjalan-jalan bersama sambil bercerita tentang kehidupan mereka.
“Eh, udah dulu ya, aku mau pulang ke rumah. Lain kali kita main bareng lagi ya.” kata Rusa.
“Iya Kancil, Rusa. Aku juga mau pulang ke rumah. Ayo kita jalan kaki bareng Rusa, kan rumah kita arahnya sama.” Kata Kerbau kepada Kancil dan Rusa.
“Yaudah hati-hati di jalan ya Rusa , Kerbau. Jangan lupa ya, lain kali mampir ke rumahku.” sahut Kancil.
“Okee.” Jawab Rusa dan Kerbau pun secara serentak
Saat Rusa dan Kerbau masih dalam perjalanan pulang dan masih belum jauh dari tempat mereka berpisah dengan Kancil, mereka menoleh ke belakang untuk memastikan Kancil baik-baik saja. Tetapi, ternyata Kancil sudah tidak ada. Ternyata Kancil telah di culik oleh Singa.
“Hei Rusa, cepat sekali Kancil pulang, padahal baru beberapa menit.” pikir Kerbau.
“Aku juga heran kenapa bisa secepat itu dia pergi?” sahut Rusa.
Lalu Rusa mendengar suara teriakan Kancil. “Kerbau, apakah kau mendengar teriakan Kancil? Soalnya aku mendengarnya.” kata Rusa.
“Ya Rusa, aku juga mendengar suara teriakan Kancil dari belakang tempat kita berpisah dengannya.” jawab Kerbau.
Lalu Rusa dan Kerbau pergi ke tempat mereka berpisah dari Kancil. Mereka melihat Kancil sedang di seret oleh Singa yang mau di bawa entah kemana.
“Lepaskan aku, lepaskan aku. Aku tidak berbuat salah kepadamu!” seru Kancil sambil ketakutan.
“Bagaimana bisa aku melepaskan mangsa yang ingin aku makan. Aku tahu kau tak punya salah padaku tapi aku mengambilmu untuk aku makan.” jawab Singa sambil kegirangan.
Kancil berusaha melepaskan genggamannya yang erat ditangan Kancil tetapi ia tidak bisa. Tiba-tiba Kerbau datang dari belakang bersama Rusa. Kerbau bersiap-siap untuk mendorong Singa dengan tanduknya yang kuat. Dan ya DUBRRAAAKKKK. Singa pun terjatuh ketanah dan melarikan diri.
“Apakah kau tak apa-apa Kancil?” tanya Rusa dan Kerbau pada Kancil.
“Aku baik-baik saja Rusa, Kerbau. Aku hanya mengalami sedikit cedera di tanganku.” jawab Kancil.
“Terima kasih Rusa, Kerbau, karena sudah menolongku saat aku kesusahan. Aku berterima kasih banyak kepadamu Kerbau, karena telah menolongku dua kali. Dan aku juga berterima kasih kepadamu Rusa karena sudah menolongku.” kata Kancil kepada Rusa dan Kerbau sambil terharu. Itulah mengapa kita harus saling tolong-menolong sesama makhluk hidup. Saat teman kita kesusahan atau meminta pertolongan kita harus membantu karena kita tidak akan tahu kapan kita mengalami kesusahan. Berbuat baiklah kepada setiap orang.