Dalam keadaan yang sangat genting saat ini, kehadiran teknologi menjadikan dunia pendidikan penuh dengan tanda tanya dan pergeseran alokasi penalaran peserta didik. Bukan saja tanpa alasan, unit sekolah mengegelorakan tentang attitude dan pola pikir anak sekarang yang jauh dari harapan.
Walaupun demikian adanya, hal menarik yang terus diperharui oleh kementerian pendidikan sudah mendekati tahapan pemulihan sembari melihat lebih jauh keikutsertaan dalam perkembangan zaman yang tengah berlangsung.
Filosofi pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara menandakan bahwa sesungguhnya nilai itu berguna untuk terus dibawa hingga dalam perkembangan saat ini. Filosofi beliau yang cukup unik baru-baru ini di SMP Swasta Bintang dikumandangkan oleh Ibu Berdiana Tafonao sebagai calon guru penggerak angkatan VII tahun 2022 menyampaikan bahwa guru identik dengan petani.
Menariknya, ini sedikit menampar identitas guru yang disamakan dengan petani. Namun, hal tersebut benar adanya bahwa seorang guru yang berhasil haruslah menjadi seorang petani yang tanpa mengenal lelah memupuk, merawat, dan menjaga sebuah tanaman supaya bertumbuh dengan baik.
Guru juga wajib berlaku demikian, keadaan dimana siswa harus dibina apalagi menghadapi sikap dan perilaku peserta didik yang tidak menempatkan diri dengan baik.
Hal ini bahkan tidak hanya narasi, guru zaman sekarang lebih banyak mengeluh dengan keadaan peserta didik yang bandel, tidak mendengar nasehat, atau bahkan sebut saja berantam dengan tanpa berpikir panjang mengenai resikonya.
Hiruk pikuk inilah yang kemudian memunculkan kurikulum merdeka sebagai perwujudan akan kebebasan anak-anak dalam memilih nasib.
Seorang guru harus siap menjadi pelayan dengan mengutamakan kepentingan anak baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam proses menggali potensi diri.
Lalu pertanyaannya adalah bagaimana menghadapi anak-anak dengan pola tingkah laku yang tidak sesuai dengan aturan? Ada beberapa posisi kontrol yang ditawarkan oleh pembelajaran guru penggerak yang tengah berlangsung saat ini yaitu :
- Penghukum. Guru dengan posisi ini cenderung menghukum siswa dengan psikis maupun fisik misalnya menyuruh anak jongkok, berdiri di atas meja, atau bahkan menghormati bendera di lapangan upacara. Namun, jika ditelisik ternyata cara ini sangatlah tidak efektif bagi anak zaman sekarang. Posisi guru sebagai penghukum hanya akan membuat anak tumbuh menjadi pendendam.
- Merasa Bersalah. Dalam posisi ini guru cenderung membuat anak merasa bersalah dengan apa yang telah diperbuat. Misalnya, mengingatkan anak tentang perjuangan orangtua dengan bahasa yang menggertak. Hal ini bisa membuat anak tidak memiliki motivasi hidup atau lebih banyak merendahkan diri sendiri.
- Teman. Guru menjadi teman bagi anak adalah hal yang seyogianya bagus untuk menggali informasi kepada anak. Namun, pun demikian ternyata hal ini juga tidak begitu bagus karena membuat anak merasa terus dibela sehingga anak cenderung memiliki kecenderungan untuk mengulangi kesalahan yang sama.
- Monitor (pemantau). Guru dengan posisi ini berperan untuk memantau peserta didik dengan mengingatkan kesepakatan kelas atau keyakinan kelas yang sebelumnya telah ditetapkan.
- Manajer. Guru dengan posisi seperti ini akan berperan sebagai sosok yang akan mempertanyakan keadaan peserta didik, memberikan pemahaman, dan menenangkan emosi anak dengan mendengarkannya secara utuh. Posisi ini akan sangat efektif jika dilaksanakan karena membuat anak sadar akan kesalahan yang telah diperbuat dan memberi anak kesempatan untuk mengungkapkan ekspresi dirinya sendiri serta anak merasa sangat dihargai.
Semoga dengan hadirnya posisi kontrol ini lewat pergerakan yang dibawa langsung oleh guur penggerak membuat guru semakin sadar bahwa orientasi aturan yang berpihak kepada peserta didik mampu menjawab pergumulan guru dalam menghadapi situasi perkembangan zaman yang marak teknologi. (AY)